CEO Google Sundar Pichai baru-baru ini dalam wawancara di Lex Fridman Podcast membagikan visinya tentang masa depan teknologi dan pengalaman pertumbuhan pribadinya. Pichai tumbuh di daerah kering di India, menyaksikan bagaimana teknologi mengubah kualitas hidup selama masa mudanya, pengalaman ini membuatnya yakin bahwa teknologi dapat memberdayakan orang.
Wawancara ini sangat mendalam dan mudah dipahami, di mana Pichai bercerita mulai dari kisah masa kecilnya hingga mengenai kecerdasan buatan umum (AGI). Ia menjelaskan bagaimana ia mengintegrasikan dua tim besar, DeepMind dan Google Brain, serta menerapkan kemampuan AI ke dalam produk pencarian, mendorong reformasi menantang di Chrome dan Waymo. Ia merancang sebuah struktur Kepala Utama – Cabang yang memastikan bahwa bisnis dapat berjalan dengan stabil sambil tetap berinovasi di garis depan.
Dalam kemajuan AGI, Pichai mengemukakan konsep “intelligensi bergerigi”, memprediksi bahwa AGI yang sebenarnya mungkin akan terwujud setelah tahun 2030, meskipun tidak ada jadwal yang jelas. Ia menekankan pentingnya untuk segera mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan konsekuensi yang mungkin muncul. Ia menggunakan istilah “Paket Neolitik” sebagai perumpamaan, menekankan bahwa AI akan menciptakan dampak berantai, mirip dengan revolusi Neolitik, yang dapat mendorong kreativitas dan kemampuan pengkodean, memungkinkan miliaran orang di seluruh dunia untuk lebih bebas mengekspresikan ide-ide kreatif mereka.
Dalam wawancara, Sundar Pichai menyebutkan pengaruh AI terhadap dunia seni, di mana ia menunjukkan bahwa ketika AI mulai menggantikan manusia dalam menciptakan konten, emosi yang dialami manusia akan menjadi semakin berharga. Google bekerja sama dengan sutradara Darren Aronofsky, menggunakan model Gemini untuk menjelajahi partisipasi dalam penciptaan seni, menjadikan AI sebagai infrastruktur dasar bagi seniman untuk menjelajahi bentuk-bentuk baru.
Mengenai etika dan keamanan konten yang dihasilkan oleh AI, Pichai menyebutkan bahwa kecerdasan Gemini telah mengalami peningkatan, memiliki kemampuan untuk menilai konten yang kompleks secara mandiri, dan tidak lagi sepenuhnya bergantung pada aturan yang kaku. Google juga berencana untuk memungkinkan pengguna menyesuaikan prompt guna meningkatkan transparansi dan kontrol. Menghadapi dilema etika AGI dan P(Doom), Pichai tidak cenderung merasa takut; sebaliknya, ia percaya bahwa setiap kali risiko kiamat menjadi ancaman besar, hal itu akan mendorong dunia untuk bangkit dan bertindak secara kolektif.



