Longchamp untuk pertama kalinya tampil di panggung internasional Milan Design Week, mengundang desainer furnitur asal Prancis, Pierre Renart, untuk berkolaborasi. Mereka memamerkan dua karya desain artistik yang menggabungkan seni pertukangan kayu dengan kulit, yaitu seri 《Kursi Panjang Kulit Bergelombang》 dan 《Kursi Pita》. Kolaborasi ini tidak hanya melanjutkan semangat Longchamp dalam mendukung seni dan kreativitas, tetapi juga menjadi momen pertama bagi Pierre untuk menerapkan material kulit dalam karya kayu bergaya patungnya. ZTYLEZMAN berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Direktur Kreatif Longchamp, Sophie Delafontaine, dan Pierre Renart, untuk menggali lebih dalam inspirasi, tantangan, dan bahasa desain di balik kolaborasi lintas disiplin tersebut.

ZTYLEZMAN: Pierre, sebelum kamu terlibat dalam proyek ini, apakah kamu sudah mengenal Longchamp? Bagaimana kolaborasi ini mengubah pemahamanmu tentang merek tersebut?
Pierre Renart:Tentu saja saya mengenalnya. Bagi saya, Longchamp selalu merepresentasikan gaya elegan khas Prancis serta keahlian dalam kerajinan kulit. Namun, belakangan saya baru mengetahui bahwa ini adalah perusahaan keluarga, yang bagi saya sangat penting, karena kamu dapat merasakan semangat kekeluargaan itu di setiap aspek pekerjaan mereka. Saat bekerja sama dengan mereka, kamu akan menyadari bahwa seluruh tim sangat bangga tidak hanya mewakili merek Prancis, tetapi juga membawa warisan mendalam dari sebuah merek keluarga.

ZTYLEZMAN: Karya-karyamu selalu dikenal dengan garis-garis kayu yang lembut dan mengalir. Bisakah kamu menjelaskan teknik yang kamu gunakan untuk menciptakan bentuk lengkung ini? Di mana letak keunikan dari gaya kamu?
Pierre Renart:Saya menggunakan teknik yang disebut Laminasi Melengkung (laminated bending), dengan memanfaatkan lembaran kayu ultra-tipis sekitar satu milimeter tebalnya. Lembaran kayu ini, karena sangat tipis, menjadi fleksibel dan dapat ditekuk menjadi kurva, lalu direkatkan berlapis-lapis dengan lem untuk menciptakan hasil akhir yang memiliki ketebalan dan kekuatan. Ini adalah teknik yang sudah ada sejak lama, misalnya arsitek legendaris Alvar Aalto pernah menggunakannya. Namun, keunikan saya terletak pada proporsi karya dan cara menciptakan garis tunggal. Saya menggunakan banyak lembaran kayu, dengan cermat memasangkan tekstur dan warnanya, sehingga keseluruhan karya terlihat seperti satu blok kayu berbentuk patung.

ZTYLEZMAN: Apakah ini pertama kalinya Anda secara resmi menggabungkan kulit dan kayu dalam desain Anda? Apa makna khusus dari kolaborasi Anda dengan Longchamp kali ini?
Pierre Renart:Sebenarnya saya sudah lama memiliki ide untuk menggabungkan kulit dengan kayu, namun ini adalah pertama kalinya saya benar-benar dapat mewujudkan ide tersebut. Saya terutama senang bisa menyelesaikan pekerjaan ini bersama Longchamp.

ZTYLEZMAN:Sophie, ketika Pierre mengusulkan gagasan untuk memasukkan konsep kulit, dukungan apa yang diberikan Longchamp kepada kalian?
Sophie Delafontaine:Ketika Pierre mengusulkan untuk menggunakan bahan kulit, saya menunjukkan berbagai jenis kulit kepadanya, karena setiap jenis kulit memiliki karakteristiknya sendiri—termasuk ketebalan, kelembutan, tekstur, dan pola. Saya berharap dia bisa menemukan pilihan yang paling cocok untuk desainnya. Dia sangat menyukai kulit Russia klasik kami, tetapi karena kulit ini lebih tebal, kurang cocok untuk desain dengan tingkat lengkungan tinggi. Akhirnya, kami memilih kulit sapi yang memiliki tekstur lebih lembut, yang sempurna untuk memenuhi kebutuhan teknis dan gaya dari karyanya.

ZTYLEZMAN: Bagaimana kalian saling melengkapi kekuatan dalam kolaborasi ini? Dari konsep hingga produk jadi, proses kolaborasi apa saja yang telah kalian lalui?
Sophie Delafontaine:Kami pernah mengadakan beberapa diskusi informal mengenai desain itu sendiri. Karya ini adalah orisinal milik Pierre, dan saya hanya memberikan satu tantangan: meskipun menggabungkan kulit dan kayu, keseluruhan desain tetap harus terasa ringan dan memiliki kesan mengalir, seolah-olah sepenuhnya terbuat dari kayu. Saya menginginkan garis-garisnya tetap terpadu dan penuh dinamika. Saya juga sempat mengunjungi studionya secara langsung untuk berdiskusi tentang proses pengerjaan kulit, termasuk detail seperti pemotongan dan pewarnaan, serta memberikan pengetahuan kerajinan Longchamp kami.
Pierre juga berharap menggunakan warna merek Longchamp, termasuk hijau muda dan hijau tua klasik. Saya dengan senang hati menerima ide ini, karena setiap kursi adalah desain yang berdiri sendiri, seperti saat saya mendesain Le Pliage, di mana saya mencocokkan setiap warna satu sama lain. Saya berharap warna-warna dalam karya ini tidak hanya harmonis, tetapi juga dapat mewakili gaya estetika dan pengalaman kami berdua.

ZTYLEZMAN: Ini adalah pertama kalinya Longchamp terjun ke dalam desain furnitur, apakah kalian akan mempertimbangkan untuk memperluas ke lebih banyak produk furnitur?
Sophie Delafontaine:Saat ini kami tidak memiliki rencana untuk meluncurkan koleksi furnitur. Kolaborasi kali ini dengan Pierre merupakan proyek yang sangat spesifik, sejalan dengan misi merek Longchamp yang selalu berkomitmen untuk mendorong talenta kreatif, mendukung seni, dan melestarikan keahlian. Kolaborasi ini tidak hanya memberikan kesempatan bagi Pierre untuk mengeksplorasi teknologi baru, tetapi juga memungkinkan karyanya untuk tampil di Milan Design Week, menjangkau audiens yang lebih luas—pengalaman yang sangat berarti bagi kami berdua.
Catatan Akhir:
Dari bahasa kayu organik yang presisi ala Pierre Renart, hingga komitmen Longchamp terhadap seni kerajinan dan kreativitas, kolaborasi lintas bidang ini tidak hanya menampilkan harmoni sempurna antara dua budaya kerajinan, tetapi juga mengungkapkan dialog mendalam yang dapat terjalin antara desain dan kehidupan. Baik melalui garis-garis yang mengalir penuh dinamika, maupun pemilihan material yang sangat teliti, semuanya mencerminkan pemahaman bersama antara brand dan desainer terhadap estetika desain kontemporer. Di era di mana desain berkembang begitu cepat, karya yang berakar pada Kerja santai tapi rapi ini bukan hanya sebuah penghormatan terhadap tradisi, tetapi juga sebuah pernyataan untuk tetap setia pada esensi orisinalitas. Dengan debutnya karya ini di Milan Design Week, Longchamp membawa semangat elegan dari Paris ke hadapan audiens internasional dalam format baru yang segar.



