Harry Giles III yang berbakat luar biasa, pernah dianggap sebagai pemain bola basket SMA terbaik di Amerika Serikat, namun impian NBA-nya terhambat oleh cedera. Kisah ini mengingatkan para pemain muda bahwa kesehatan itu lebih penting, diharapkan remaja dalam perjalanan basket mereka dapat mengambil hikmah ini dan menghindari mengulangi kesalahan yang sama. Giles bukan hanya satu-satunya pemain yang diakui oleh Jackson Dutton sebagai lebih unggul darinya saat di SMA, tetapi juga dihormati di Majalah Olahraga sebagai bakat bola basket yang muncul sekali dalam sepuluh tahun. Meskipun menghadapi berbagai tantangan cedera, dia tetap menarik perhatian ESPN dan bahkan dinilai sebagai yang terbaik di kalangan siswa SMA di seluruh Amerika.
Teknik penyerangan Giles menggabungkan gaya Chris Webber dan insting basket Dennis Rodman, menunjukkan potensi sebagai pemain tengah yang memukau, serupa dengan Kevin Garnett, menarik perhatian dan pujian yang tak terhitung. Dia lahir dalam keluarga atlet, dengan ayahnya yang merupakan bintang olahraga ganda dan ibunya mengajar di sekolah lokal, menciptakan lingkungan yang memungkinkan Giles berkembang secara menyeluruh. Sejak kecil, ayahnya membangun lapangan basket untuknya dan merancang program pelatihan yang sistematis, sementara ibunya fokus pada pendidikannya, membantu dia mencapai prestasi di bidang akademis, olahraga, seni, dan penampilan.
Sejak kecil, Giles telah menunjukkan minat yang mendalam terhadap basket. Pada usia 8 tahun, ia bertekad untuk menjadi pemain basket yang luar biasa, dan desain rinci pelatihan yang dilakukan oleh ayahnya telah membuka jalan baginya. Bagi pemain berbakat yang mendominasi anak-anak seusianya ini, fokus yang luar biasa dan kerja keras menjadi kunci kesuksesannya yang cepat. Pada usia 12 tahun, ia sudah tumbuh mencapai 188 cm dan menjadi bintang kecil di dunia basket North Carolina, kemudian pindah ke Wesleyan Christian Academy untuk memulai perjalanan legendarisnya di basket SMA.
Di tim sekolah menengah, bakatnya dengan cepat ditemukan oleh pelatih, dan dia segera menjadi inti dari taktik tim. Di musim pertamanya, dia mencetak rata-rata 13 poin dan 10 rebound per pertandingan, membantu timnya meraih kebanggaan juara negara bagian. Berkat penampilannya yang luar biasa, dia terpilih untuk mengikuti pertandingan internasional U16 Amerika Serikat, sementara sekolahnya berhasil meraih juara negara bagian selama tiga tahun berturut-turut.
Namun takdir menghantamnya dengan keras di saat-saat paling cemerlang dalam hidupnya. Dalam sebuah pertandingan, dia mengalami robek ligamen lutut kiri yang mengharuskannya absen sepanjang musim tahun kedua. Cedera yang menyusul menjadi tantangan besar bagi karier profesionalnya, tetapi dia tidak menyerah begitu saja. Setelah melewati masa rehabilitasi yang panjang, Giles kembali ke lapangan di musim tahun ketiga dengan rata-rata 24 poin dan 13 rebound, menciptakan kejutan di dunia bola basket dan menarik perhatian para pencari bakat di seluruh Amerika, seolah-olah mimpinya kembali menyala.
Untuk mengejar tantangan yang lebih tinggi, ia pindah ke Oak Mountain High School yang dijuluki sebagai kuil basket pada musim keempatnya, berharap dapat menunjukkan penampilan yang cemerlang di panggung tersebut. Namun, nasib buruk kembali menghampirinya. Saat pertama kali mewakili Oak Mountain, ia malang mengalami cedera pada lutut kanan dan harus absen sepanjang musim, yang membuat masa depan karier basketnya menjadi suram. Meski begitu, media tetap memiliki harapan besar terhadapnya dan memberikan penilaian lima bintang di ESPN, menganggapnya sebagai pemain terbaik di seluruh Amerika.
Pada musim panas 2016, pelatih K di Universitas Duke sangat berambisi untuk merekrutnya, namun sayangnya, saat pelatihan, lutut kanan Giles kembali robek, yang berdampak signifikan pada musim freshman-nya. Dia akhirnya menyelesaikan musim dengan rata-rata 3,9 poin dan 3,8 rebound, yang menyebabkan peringkat draft-nya merosot. Namun, berkat penampilan cemerlangnya selama masa SMA, Giles tetap dianggap sebagai bintang yang paling diperhatikan di draft 2017 dan akhirnya terpilih oleh Sacramento Kings di urutan ke-20 pada putaran pertama. Perjalanan berikutnya masih penuh dengan tantangan dan peluang.
