Dalam playoff NBA terbaru, pertandingan antara Magic dan Celtics berhasil mencuri perhatian banyak orang. Pertandingan ini tidak hanya menampilkan kemampuan kompetitif tingkat tinggi para pemain, tetapi juga menonjolkan kemampuan kedua tim untuk beradaptasi di momen-momen krusial. Magic mampu memimpin tipis di paruh pertama berkat pertahanan solid yang berhasil menahan kekuatan tembakan luar lawan. Namun, kontroversi di kuarter ketiga menjadi titik balik, ketika lawan, dipimpin oleh bintang mereka, melancarkan serangan balik yang tajam dan berhasil membalikkan keadaan. Pada akhirnya, tim juara bertahan Celtics melaju mulus ke babak kedua.
Pada kuarter pertama, performa pertahanan Magic benar-benar mencuri perhatian, terutama aksi KCP. Meskipun sepanjang pertandingan ia hanya mencetak dua tembakan tiga poin, di kuarter pertama ia berhasil menyumbang 8 poin untuk tim, memberikan Magic kepercayaan diri yang besar sehingga mereka mampu tetap kompetitif meskipun bermain di kandang lawan. Pertahanan Magic berhasil mengunci serangan luar lawan, membuat Celtics tampil buruk dalam tembakan dari garis tiga poin. Celtics gagal mencetak poin dalam enam percobaan luar berturut-turut, sementara Magic memanfaatkan serangan balik untuk dengan mudah mendapatkan keunggulan skor.
Memasuki kuarter kedua, kedua tim terlibat dalam pertarungan sengit dengan aksi saling serang. Dominasi Magic di rebound sangat terlihat, dengan mencatatkan 16 rebound dalam satu kuarter, termasuk 7 rebound ofensif, yang memberi mereka banyak peluang tambahan untuk menyerang. Namun, performa Magic di garis luar masih belum memuaskan, dengan persentase tembakan keseluruhan tidak mencapai 30 persen. Pemain-pemain pendukung yang cenderung mengandalkan gaya serangan yang monoton membuat tim menghadapi tantangan pada momen ini.
Kuarter ketiga menjadi titik balik pertandingan, di mana performa Magic mengalami penurunan besar, dengan hanya mencetak 13 poin dalam satu kuarter. Sementara itu, Celtics memulai serangan balik, mencatatkan hasil impresif dengan 8 tembakan dan 5 di antaranya berhasil masuk, serta sering mendapatkan pelanggaran sehingga memperbesar jarak skor melalui tembakan bebas. Serangan Magic kembali terjebak dalam kebuntuan, dan yang paling mengecewakan adalah tembakan luar mereka—dari 11 percobaan, tidak satu pun yang berhasil masuk, yang secara langsung memengaruhi jalannya pertandingan.
Sebaliknya, Jayson Tatum dari Celtics tampil memukau di kuarter ini dengan mencetak 13 poin yang dengan cepat membawa timnya memimpin kembali. Sementara itu, Magic menghadapi tantangan besar tidak hanya karena performa mereka yang menurun, tetapi juga keputusan wasit yang kontroversial yang membuat mereka semakin tertekan. Masalah pelanggaran yang dialami Paolo Banchero pun menjadi pukulan telak bagi seluruh tim. Seperti pepatah bilang, ‘sudah jatuh tertimpa tangga’, Magic dipaksa bertarung habis-habisan tanpa dukungan dari kedua bintang mereka.
Pada akhirnya, Magic gagal membalikkan keadaan di saat-saat penentuan, terhenti di seri lima pertandingan ini. Meski bagi sebagian besar penggemar kekalahan ini bukanlah kejutan, namun melihat jalannya pertandingan, terutama semangat juang para pemain di setiap kesempatan, tetap terasa disayangkan. Melihat ke depan, Magic perlu melakukan penyesuaian pada kekurangan yang ada agar dapat kembali bangkit di musim mendatang dan mengejar target yang lebih tinggi.



